Friday, July 15, 2011

Saat Kusadari dia telah pergi selamanya

Alunan lagu Malam Kudus yang begitu indah menemaniku duduk termenung di depan meja belajarku. Lagu ini menggambarkan terpenuhinya kerinduan hati manusia yang mendamba kehadiran penyelamatnya. Malam yang kudus, sunyi… tenang…. dan sepi. Ketika dunia sedang terlelap dalam jutaan  mimpi dan harapannya, Sang Maha Suci turun ke dunia. Sungguh malam yang penuh keagungan, hingga seluruh bala tentara surgawi ikut turun menyambut lahirnya Putra Allah di tengah dunia.

Dia datang… untukku…, untukmu… dan untuk dunia. Di malam ini juga, bersama derik jangkrik dan kerlib  bintang-bintang malam di angkasa yang tiada berawan, aku datang kepadaMu ya Tuhan Penyelamatku.

Tanpa sadar jari jemariku berlarian di atas keyboard laptopku untuk membuka foto foto yang ada di dalam Facebookku. Waw….sungguh indah luar biasa. Sungguh indah rencana Tuhan untukku. KasihNya sungguh di luar batas ambang harapan dan doa masa kanak-kanakku.  Keindahan itu tidak kulihat karena aku bisa mengelilingi berbagai tempat di hampir sebagian belahan dunia ini, tetapi  keindahan itu terletak di dalam perasaan syukurku yang begitu mendalam, betapa kasihNya sungguh nyata dalam hidupku dari hari ke hari. Dia menuntunku di dalam setiap langkah hidupku terlebih lagi di dalam setiap kehampaan, keputusasaan dan kesedihanku, Dia merubahnya menjadi suka cita yang melimpah dan nyata.

Kemarin ada seorang teman sempat protes terhadapku, katanya : “Romo sih hidupnya enak, statusnya  dan notesnya di FB melulu  Yesus sungguh luar bisa bagiku, Romo tidak pernah ada kesandungnya.” Mendengar itu, aku tersenyum dan bertanya dalam hati…. Masa iya  aku tidak pernah tersandung? Lalu kukatakan kepadanya, “tesandung dan jatuh hampir menjadi santapanku setiap hari…. Aku pernah tersandung dan terjatuh, bahkan acap kali. Rasanya sakit, perih, sedih dan kecewa yang teramat dalam. Tinggal bagaimana kita mau bangkit kembali dan melihat dalam peristiwa jatuh itu, cara Tuhan mendidik kita untuk menjadi lebih kuat lagi.”

Dari foto foto itu bisa kulihat kembali jejak jejak hidupku di tahun tahun yang lalu. Ada suka cita, tawa gembira, kecewa dan air mata. Ada pertemuan dengan orang-orang baru dan ada juga perpisahan yang membuat hati tak kuasa menerima. Dengan teliti kuperhatikan  foto yang satu ke foto yang lainnya. Kadang aku tersenyum ketika melihat  perubahan fisikku, yang tidak bertambah tinggi tetapi semakin membulat saja. Kulihat juga perubahan fisik orang-orang di sekelilingku, keluargaku, para sahabat dan kenalan. Ada yang semakin berambah besar dan bertambah tua dengan rambut putihnya, seiring dengan bertambahnya usia.

Tetesan air mataku mulai runtuh ketika kulihat foto keluargaku dari tahun ke tahun. Ada yang hilang sementara, ada yang hilang untuk pergi selamanya dan tak akan terganti. Entah mengapa, jauh di dalam lubuk hatiku, ternyata masih tersimpan kesedihan yang tak berujung. Di balik senyumku, terbungkus  serpihan luka. Aku pun tidak tahu kapan rasa itu akan hilang. Aku lihat pula kehilangan itu mulai terganti dengan tokoh-tokoh baru yang muncul, ada kelahiran baru dan kehadiran sosok sosok baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Yaaaa that’s a life of human being…. Itulah hidup manusia di dunia, ada yang datang dan ada yang pergi. Silih berganti drama kehidupan manusia berganti tokohnya seperti dalam pewayangan. Saat seseorang masanya habis, hilang lenyaplah dia dari panggung pertunjukan.

Namun batinku bergolak untuk berkata tidak untuk fakta itu, kurasakan orang-orang yang hilang dari hidupku, ternyata tidaklah lenyap begitu saja. Ada kesan yang begitu mendalam, ada pengalaman hidup yang terbagikan,  ada jiwa yang rindu dan energi yang tetap tinggal dalam hatiku yang membuat aku tersadar mereka selalu ada di sisiku dan ikhlas melepas mereka.

Dalam titik nadir tragedi kehidupan inilah Natal memperoleh maknanya secara lebih dalam. Dia, Allah yang memiliki segala kuasa, justru rela meninggalkan apa yang Ia miliki untuk menyelamatkan dunia. Allah yang Maha Kuasa kini hadir dalam seorang bayi mungil dan lemah tak berdaya. Ia menjadi manusia dengan segala suka cita, kegembiraan serta kerapuhannya. Dia merasakan sakit, kesedihan, kekecewaan, kehilangan, bahkan kematian yang menjadi malaikat pencabut nyawa bagi hidup manusia. Dia membuka jalan bagi kebuntuan hidup manusia, dengan membawa kabar suka cita tentang Kerajaan di atas awan, di mana segala penderitaan manusia karena berbuat baik dan benar, akan memperoleh balasan yang setimpal.

Sahabat-sahabatku terkasih, entah apa yang engkau rasakan saat ini, entah apa yang terjadi dalam hidupmu saat-saat ini,  hayatilah makna Natal ini dalam hidupmu. Allah yang begitu mencintai hidup manusia, sudah pasti mencintai dirimu apa adanya. Dia tahu pasang surut hidupmu, Dia tahu kekurangan dan kekuatanmu karena Dialah yang membentukmu dalam rahim ibumu. Berikanlah cinta yang tulus kepada setiap orang di sekitarmu meski tiada balasan cinta yang kau dapatkan. Karena hidup pada dasarnya adalah memberikan apa yang telah kita terima dari atas dengan cuma-cuma.

Sekali lagi selamat Natal dan Tahun Baru, untuk sahabat-sahabat yang aku sayangi. Lihatlah kembali jalinan kasih Tuhan dalam hidupmu sepanjang tahun ini, rajutlah itu semua dalam suatu untaian syukur yang  kelak bersama akan kita bawa dalam doa dan harapan di penghujung tahun yang sebentar lagi akan kita lewati. Bersuka citalah senantiasa, sebab Tuhan selalu menyertai setiap langkahmu. Hapus segala dukamu dengan cintaNya yang abadi.

No comments:

Post a Comment